Oleh: Hamzah Saepudin Ansory
Sejak zaman purba kala jiwa telah menjadi objek pertanyaan dan penyelidikan manusia. Di Yunani Kuno misalnya, pada ratusan tahun sebelum tarikh masehi ahli-ahli pikir telah mencoba menyikap tabir rahasia jiwa yang gaib itu dengan tinjauannya berdasarkan filsafah masing-masing.
Pada zaman itu psikolog belum merupakan ilmu yang berdiri sendiri, akan tetapi termasuk suatu cabang dari “ induk ilmu” yakni filsafat. Segala sesuatu yang bersumber dari filsafat dan di uraikan berdasarkan filosofi. Penyelidikan ataupercobaan belum dilakukan dengan sempurna. Metode yang di pakai ialah metode deduktif dan psikologinya disebut psikologi filosofis.
Yang menjadi objek ialah hal-hal yang mengenai asal usul jiwa , ujud jiwa, akhir jadinya dan sebagainya. Objek-objek ini adalah soal di luar alam nyata , penyelidikannya pun juga tidak dengan ilmu alam biasa/fisika. Oleh karena itu psikologi itu di sebut psikologi meta fisis.
Di asia seperti di india, ahli-ahli mengutamakan psikologi batin atau parapsikologi , yaitu mengenai pristwa atau kodrat jiwa umpamanya mengenai hubungan batin antara orang yang berjauhan, hubungan dengan roh-roh , hubungan dengan pengaruh gaig-gaib. Di eropa sampai abad pertengahan (1500-1789) psikologi filosofis dan metafisis itulah yang menjadi pegangan.
Di samping itu pula timbul aliran skolastik yang di pelopori oleh Thomas Aquino, seorang ulama katolik . ia mengatakan bahwa tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisah-pisahkan. Keyakinan dan pemahaman agama menjadi dasar ulama dari metode serta serta uraian-uraiannya. Manusia mempunyai kesanggupan berpikir dan berkemauan, akan tetapi juga kesanggupan luhur, yakni kesanggupan yang memungkinkan adanya hubungan antar manusia dengan tuhannya.
Pada abad kemudian, para ahli dan pujangga mengutamakan ratio(akal) , misalnya descartes (1625) ia mengatakan bahwa ilmu yang benar hanya dapat di peroleh dengan berfikir , bukan dengan pengalaman atau percobaan. Akal adalah sumber segala kebenaran. Psikologi harus di uraikan dengan kekuatan ratio dengan semenjak lahirnya mengandung pengertian sejati dan kebenaran. Maka dari itu aliran ini di sebut Rationalisme , yang menyelidiki danmenguraikan proses-proses jiwa dan gejala-gejala jiwa.
Berbeda dengan aliran-aliran Rationalisme , timbul pula aliran Empirisme, yang di pelopori oleh Bacon (1600) dan J. Locke (1675) . menurut ahli-ahli empiris ini psikologi tidak dapat di dasarkan dan di uraikan dengan filsafah atau theologi, melainkan harus berdasarkan pengalaman-pengalaman. Peristiwa-peristiwa di amati, di kumpulkan dan hasil pengamalan itu di ambil kesimpulan atau ketentuan. Nyatalah bahwa cara ini menentukan suatu kaidah umum dari keterangan khusus, metode ini terkenal dengan metode khusus.
Dalam abad ke-17 sampai 19 psikologi di pengaruhi ole ilmu alam . mereka menganggap bahwa jiwa pun tunduk kepada hukum-hukum alam biasa. Maka mereka menyelidiki dan menguraikan proses dan penyataan psikis menurut ke tentuan hukum alam, yaitu hukum sebab akibat perangsang dari luar serta perubahan otak dan saraf.
Unsur-unsur/elemen-elemen yang berdiri sendiri itu kemudian menjadi satu kebulatan, yang berarti merupakan suatu mozaik (suatu yang tersusun dari bagian-bagian lepas). Maka psikologi keelemenan.
Kemudian pada tahun 1832-1920 datanglah Wundtyang berpendirian lain dari pada psikologi assosiasi atau psikologi mozaik itu. Assosiasi katanya memang ada, jika jiwa (kesadaran) dalam keadaan pasif. Dalam keadaan aktif proses psikis berlangsung karena appersepsi, yang memberi arah dan mengatur proses pertanyaan jiwa , legasnya , ia berpendapat bahwa aku atu pribadi manusia adalah aktif, dapat mempengaruhi proses pertanyaan jiwa serta memberi corak kepadanya. Kalau paham assosiasi menyatakan bahwa totalitet sama saja dengan jumlah unsur-unsur yang lepas, maka paham appersepsi menyatakan bahwa komplek dan proses psikisn adalah suatu totalitet, yang kebih dari pada jumlah kumpulan unsur-usur belaka.
Karena itu Wundt di sebut pelopor dari psikologi modern. Seperti psikologi gestalt, psikologi stuktur dan sebagainya. Paham dan eksperimenya sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu seterusnya, yaitu tahun 1900 sampai sekarang.
BERBAGAI PENGERTIAN PSIKOLOGI MENURUT PARA AHLI
• Poerbakawatja dan Harahap (1981) membatasi arti psikologi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”.
• Menurut Barlow (1985) psikologi adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yangmenyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar mengajar secara lebih efektif.
• Menurut Tardif (1987) psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
• Wetherington dalam bukunya Educational psychology terjemahan M. Buchori (1978) psikologi pendidikan yaitu stui sistematis tentang proses-poses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
DIKUTIP DARI:
• Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology: The Teaching-Learning Process. Chicago: The Moody Bible Institute.
• Tardif, Richard. 1987.The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education. Ringwood Victoria: Penguin Books Australia Ltd.
• Wetherington. H.C. 1978. Educational Psychology, Terjemahan M. Buchori. Jakarta: Aksara Baru.
• Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum (Edisi Revisi). Semarang: PT bina Ilmu
• Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendakatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar