Entri Populer

Senin, 14 Februari 2011

Sejarah Perkembangan Psikologi

Oleh: Lilis Nurfitriyani

  1. Pengertian Psikologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata-kata “psyche” dan “logos”. Secara etimologis atau pengertian lafdziyah, “psyche” berarti; jiwa, roh, sukma, atma atau nafas hidup dan “logos” (ology), berarti ilmu atau study. Jadi, secara etomologis, psikologi berarti ilmu jiwa atau suatu studi tentang jiwa, tentang roh, tentang atma, sukma atau tentang nafas hidup.[1]
Beberapa pengertian psikologi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
  1. Mussen dan Rosenzwieg
Pada masa lampau, psikologi diartikan sebagai ilmu yang memperlajari tentang “mind” (pikiran) taua the study of mind, tapi dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi “behavior” (tingkah laku) sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[2]
  1. Clifford T. Morgan
“psychology is the science of human and animal behavior”. Artinya psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.[3]
  1. Woodworth & Marquis
“psychology is the scientific studies of the individual activities relation to the envoroment”. Artinya; psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya.[4]
  1. Moskowitz & Orgel
“psychology is an empirical science based on objective observation and experimental investigation, its focus is on behavior, its purpose is to provide on understanding of the mecanisms of human activity and adaptation so that man might improve himself. Artinya; psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empirik berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia. Tujuannya untuk melengkapi terhadap pengertian mekanisme aktivitas mansuia dan penyesuaian dirinya, sehingga memungkinkan manusia untuk memeprbaiki dirinya.[5]
  1. Wundt (lih. Devidoff, 1981)
Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consequncess.[6]
  1. Branca (1994)
Psikologi adalah ilmu tentang perilaku.
  1. Jalaludin, et al, 1979:77
Psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala manusia yang normal, dewasa dan beradab.[7]
  1. Robert H. Thouless
Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.[8]
  1. Dr. Singgih Dirgagunarsa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.[9]
  1. Plato dan Aristoteles
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.[10]
  1. Knight and Knight
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau sosial.[11]
  1. Garden Murphy
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya. [12]
  1. Ruch
Psikologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu biologi dan ilmu sosial, yang saling melengkapi, dan saling berhubungan. [13]
  1. Edwin G. Boring and Herbert S. Langfeld
Psikologi adalah studi tentang hakikat manusia. [14]
  1. John Broadus Waston
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons). [15]
  1. Wilhelm Wundt
Psikologi adalah ilmu pengethauan yang memepelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, sepereti penggunaan pancca indera, pikiran, perasaan dan kehehndak.[16]
  1. Sejarah Psikologi
Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri ( psikologi  menjadi ilmu yang berdiri sendiri baru dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota leipzig, Jerman.[17]
Sebelum tahun 1879, psikologi dipelajari oleh para ahli filsafat dan para ahli ilmu fasal (phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti plato, Aristoteles dan Socrates telah memikirkan jiwa dan gejala-gejalanya. Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mempeljari hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus sehingga mencapai pengertuan yang hakiki tentang sesuatu. Pada waktu itu belumada pembuktian secra empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi logika belaka. Psikologi benar-benar msih merupakan bagian dari filsafatd alam arti semurni-murninya.
Pada Abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya tetap hakikat jiwa dan metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain: Rene Descrates (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm leibniz (16446-1716) yang mengutarakan teori kesejahteraan psikofhisik (psychophisical paralellism), John Locke (1623-1704) dengan teori tabula rasa, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti papan lilin atau kertas putih yang belum ditulisi. Pada masa sebelumnya masalah kejiwaan dibahas pula oleh para ulama islam seperti Imam Al-gazali (wafat 505 H), Imam fachrudin Ar-Razi (wafat 606 H). Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian dari ilmu usuluddin dan ilmu tasawuf.
Disamping para ahli filsafat yang menggunakan logika, para ahli ilmu faal juga melai menyelidiki gejala kejiwaan melalui experimen-experimen. Walaupun mereka menggunakan metode ilmiah (empiris), namaun yang mereka selidiki terutama tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf motoris (penggerak), pusat sensoris dan motoris di otak, serta hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf tersebut. Dengan demikian gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu faal dengan metode yang lazim digunakannya. Diantara para tokohnya adalah: C Bell, F. Magendie, J.P. Muller, P. Broca dan I.P Pavlov.
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa di mana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal. Gejala kejiwaan dipelajari secara sistematis dan objektif. Selain metode experimen digunakan pula metode intropeksi oleh W. Wundt. Gelar kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hikum. Ia dikenal sebagai sosiolog dan filosof dan orang pertama yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia dianggap sebagai bapak psikologi. Sejak itu psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi, penyusun teori-teori dan keragaman penikiran-pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam berbagai aliran.
Psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dalam hal isi, metode dan penggunaannya dimulai pada abad ke-19. [18]
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak psikologi modern, ia telah berusaha untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum abad ke 19, psikologi merupakan bagian dari filsafat. Meskipun demikian, persoalan psikologi telah ada sejak ratusan tahun sebelum masaehi, mansuia telah mempersoalkan masalah “jiwa” atau “roh”, baik hakekatnya maupaun hhubungannya dengan manusia. Perbedaan cara memecahkan masalah jiwa di masa lampau dengan masa modern, terutam terletak dalam cara pendekatannya. Pemecahan masalah dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistis, sedang di masa modern dengan pendekatan scientific (ilmiah), yaitu melalui penelitian-penelitian empirik.
Ada tiga fase perkembangan psikologi, yaitu:
  1. Psikologi Sebagai Bagian Dari Filsafat (Psikologi Kuno)
Pada zaman dahulu, psikologi dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat dan terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal ini dimungkinkan karena para ahli psikologi pada masa itu juga adalah ahli-ahli filsafat, atau para ahli filsafat pada waktu itu juga ahli psikologi (tentang kejiwaan).
Pengaruh filsafat terhadap psikologi kuno, berlangsung sejak zaman Yunani kuno samapai pada zaman pertengahan dan zaman baru. Tegasnya pengaruh tersebut berlangsung dari 400 SM sampai dengan 1800 SM. Pada zaman Yunani kuno terkenal dua orang tokoh filsuf, yaitu Plato dan Aristotelles yang keduanya banyak menyelidiki hidup kejiwaan manusia serta alam ini. Plato terkenal dengan aliran berfikirnya yang disebut idealisme, sedang Aristoteles terkenal dengan aliran realisme. Tetapi meskipun berbeda, aliran, dalam soal kejiwaan mereka tidak jauh berbeda, baik dalam penyelidikannya ataupun pendapatnya.
Beberapa aliran psikologi yang muncul pada fase ini diantaranya, yaitu: psikologi Plato, Psikologi Aristoteles, Psikologi Augustine, Psikologi pada masa renaissance dan abad ke-17, psikologi asosiasi, psikologi elementer (unsur) dari Herbart dan psikologi fisisologi.
  1. Psikologi Sebagai Ilmu Pengetahuan Yang Beridri Sendiri (Otonom)
Akhir abad ke 19 merupakan titik permulaan daripada psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri yaitu sejak Wilhelm Wundt (Jerman, tahun 1832-1920) melepaskan psikologi dari filsafat serta ilmu pengetahuan alam. Wundt adalah seorang pelopor usaha tersebut dengan mendirikan “laboratorium psikologi’ yang pertama kali, yaitu pada tahun 1875, kemudian laboratorium tersebut disahkan dan diakui oleh Universitas-Leipziq pada tahun 1886. Sejak pengesahan tersebut berarti psikologi menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan metode-metodenya sendiri dalam pembuktian-pembuktian dan dalam penyelidikannya, maka timbullah berbagai macam aliran psikologi yang bercorak khusus. Adapun ciri-ciri khusus sebelum abad ke 18 antara lain adalah:
  1. Bersifat elementer, berdasarkan hukum sebab akibat;
  2. Bersifat mekanis;
  3. Bersifat sensualitis-intelektualistis (mementingkan pengetahuan dan pikir);
  4. Mementingkan kuantitas;
  5. Hanya mencari-cari hukum;
  6. Gejala-gejala jiwa dapat dipisahkan dari subyeknya;
  7. Jiwa dipandang pasif;
  8. Terlepas dari materi-materi.
Sedangkan ciri khas dari psikologi modern yang antara lain nampak sebagai berikut:
  1. Bersifat totalitas
  2. Bersifat teologis
  3. Vitalistis biologis ( jiwa dipandang aktif dan bergerak dalam hidup manusia)
  4. Melakukan pendalaman dan penyelaman terhadap jiwa (verstehend)
  5. Berdasarkan nilai-nilai
  6. Gejala-gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya
  7. Memandang jiwa aktif dinamis
  8. Mementingkan fungsi jiwa
  9. Mementingkan mutu/kualitas
  10. Lebih mementingkan perasaan.
Dengan otonominya sebagai ilmu pengetahuan itu maka sejak tahun 1990 timbullah aliran-aliran baru yang bersifat khusus, seperti: ilmu jiwa dalam, psikologi pikir, psikologi individual, behaviorisme, psikologi gestalt, psikologi kepribadian dan masih banyak aliran lainnya.
  1. Psikologi Dalam Abad Ke-20
Psikologi dalam abad ke-20 mengalami perkembangan yang menuju ke arah pengkhususan dalam studi, dengan pengkhususan tersebut diharapkan dapat membawa kepada pendalaman bidang-bidangnya, juga penyesuaian dalam penterapannya bagi umat manusia akan lebih intensif. Mulai permulaan abad ke 20 ini psikologi mempunyai lebih banyak aliran dengn spesialisasai bidang penelitian masing-masing serta penetapannya.
Beberapa aliran yang berkembang pada fase ini diantaranya: Psikoanalisis, Psikologi perorangan, psikologi Analistis dan Psikologi Neo- Freudianisme.

Referensi:
Prof. Dr. Bimo Walgito
2003    Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Prof. Dr. H. Jalaludin
2010    Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Drs.  E. Usman Efendi & Drs. Juhaya S. Praja
1993    Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, Cet. Ke-3
Drs. H. Ahmad fauzi
2008    Psikologi Umum, Bandung:Pustaka Setia, Cet. Ke-IV.


[1] Drs.  E. Usman Efendi & Drs. Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi (Bandung: Angkasa, Cet. Ke-3, 1993) hlm. 1
[2] Ibid. Hlm. 2
[3]  Ibid.

[4] Ibid.
[5] Ibid. hlm. 3
[6] Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2003), Hlm.8
[7] Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 10
[8] Ibid.
[9] Drs. H. Ahmad fauzi, Psikologi Umum (Bandung:Pustaka Setia, Cet. Ke-IV, 2008), Hlm. 11
[10] Ibid.
[11] Ibid.Hlm. 12
[12] Ibid.
[13] Ibid.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid. hlm. 14
[18] Drs.  E. Usman Efendi & Drs. Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi (Bandung: Angkasa, Cet. Ke-3, 1993) hlm. 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar