Entri Populer

Selasa, 15 Februari 2011

Sejarah Perkembangan Psikologi

Oleh: Nita Cakra H

A.  Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi, secara etimologis psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik yang mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.[1]
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala-gejala jiwa manusia. Karena para ahli jiwa mempunyai penekanan yang berbeda, maka definisi yang dikemukakan juga berbeda. Diantara pengertian yang dirimuskan oleh para ahli itu, antara lain sebagai berikut:[2]
1.        Singgih Dirgagunarsa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
2.        Plato dan Aristoteles
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
3.        John Broadus Waston
Memandang psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak dengan menggunakan metode observasi objektif terhadap rangsangan dan jawaban.
4.        Wilhem Wundt
Tokoh psikologi eksperimental, berpendapat bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti penggunaan pancaindera, pikiran, perasaan dan kehendak.
5.        Woodworth dan Marquis
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.


6.        Knight and Knight
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis tentang pengalaman dan tingkah aku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu atau sosial.
7.        Hilgert
Psikologi mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya.
8.        Ruch
Psikologi mempelajari tentang manusia. Definisi ini terlalu meluas, yang paling tepat, psikologi merupakan bagian-bagian dari ilmu biologi dan ilmu sosial yang saling melengkapi dan saling berhubungan.
9.        Clifford T. Morgan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
10.    Edwin G. Boring and Herbert S. Langfeld
Psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
11.    Garden Murphy
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup dan lingkungannya.
Dapat ditemukan dari beberapa sumber, pengertian psikologi menurut para ahli lainnya yaitu:[3]
1.        Mussen dan Rosenzwieg
Pada masa lampau psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang “mind” (pikiran) atau the study of mind, tapi dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi “behaviour” (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
2.        Moskowitz dan Orgel
“psychology is an empirical science based on objective observation and experimental investigation, its focus is on behavior, its purpose is to provide on understanding of the mecanisms of human activity and adaptation so that man might improve himself”.
Artinya: psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empirik berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia. Tujuannya untuk melengkapi terhadap pengertian mekanisme aktivitas manusia dan penyesuaian dirinya, sehingga memungkinkan manusia untuk memperbaiki dirinya.
  1. Sejarah Perkembangan Psikolog
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak psikologi modern, ia telah berusaha untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum abad ke-19, psikologi merupakan bagian dari filsafat. Perbedaan cara memecahkan masalah jiwa dimasa lampau dengan dimasa modern, terutama terletak dalam cara pendekatannya. Pendekatan dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistik, sedangkan masa modern dengan pendekatan scientific (ilmiah), yaitu melalui penelitian-penelitian empirik.[4]
Jiwa manusia sejak zaman Yunani telah menjadi topik pembahasan para filosof. Setelah psikologi berdiri sendiri yaitu dimulai pada tahun 1879 ketika Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig, Jerman.[5]
Terdapat tiga fase perkembangan psikologi, yaitu:
1.      Psikologi sebagai bagian dari filsafat (psikologi kuno)
Pada zaman dahulu, psikologi dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat dan terpengaruh oleh filsafatnya itu sendiri. Hal ini dimungkinkan karena para ahli psikologi pada masa itu adalah juga ahli-ahli filsafat atau ahli filsafat pada masa itu adalah ahli psikologi (tentang kejiwaan). Para ahli filsafat ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk ilmu pengetahuan. Pengaruh filsafat terhadap psikologi kuno, sampai zaman pertengahan dan zaman baru. Tegasnya pengaruh tersebut berlangsung dari 400 SM sampai dengan 1800 SM.[6]
Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh ahli filsafat dan para ahli ilmu fasal (phisiologi), sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut. Para ahli filsafat kuno seperti Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), dan Socrates (469-399 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya.[7]
2.      Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga objeknya masih tetap hakikat jiwa dan metodenya masih menggunakan argumentasi logika. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal dengan teori tentang kesadaran, gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) yang mengutamakan teori kesejahteraan psikofisik (psychopsysical parallelism), john Locke (1623-1704) dengan teori tabula rasa mengemukakan, bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti papan lilin atau kertas putih yang belum ditulisi.[8]
3.      Psikologi modern
Psikologi abad ke-20 ini mengalami perkembangan yang menuju ke arah pengkhususan dalam studi, dengan pengkhususan tersebut diharapkan dapat membawa kepada pendalaman bidang-bidangnya juga penyesuaian dalam penerapannya bagi kehidupan umat manusia akan lebih intensif.[9]
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala kejiwaan dipelajari secara tersendiri dengan metode ilmiah , terlepas dari ilmu filsafat dan ilmu faal.[10]

Referensi:
·         Drs. E. Usman Effendi dan Drs. Juhaya S. Praja, 1993. Pengantar Psikologi. Angkasa: Bandung.
Drs. H. Ahmad Fauzi, 1997. Psikologi Umum. Pustaka Setia:


[1] Drs.H.Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung:Pustaka Setia, cet.I),hlm.9.
[2] Ibid. hlm.11.
[3] Drs.E.Usman Effendi, Drs.Juhaya S.Praja. Pengantar Psikologi. (Bandung:Angkasa,cet.3),hlm.2.
[4] Ibid, hlm.20.
[5] Drs.H.Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung:Pustaka Setia, cet.I),hlm.14.
[6] Drs.E.Usman Effendi, Drs.Juhaya S.Praja. Pengantar Psikologi. (Bandung:Angkasa,cet.3),hlm.20.
[7] Drs.H.Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung:Pustaka Setia, cet.I),hlm.14.
[8] Ibid.
[9] Drs.E.Usman Effendi, Drs.Juhaya S.Praja. Pengantar Psikologi. (Bandung:Angkasa,cet.3),hlm.31.
[10] Drs.H.Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung:Pustaka Setia, cet.I),hlm.15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar