Menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata-kata “psyche” dan “logos”. Secara etimologis atau pengertian lafdhiyah, “psyche” berarti jiwa, roh, sukma, atma, atau napas hidup, dan “logos” (ology) berarti ilmu atau studi. Jadi secara etimologis, psikologi berarti ilmu jiwa atau suatu studi tentang jiwa, tentang roh, tentang atma, sukma, atau tentang napas hidup. Untuk jangka waktu yang cukup lama, terutama ketika psikologi masih merupakan bagian atau cabang dari filsafat, psikologi diartikan seperti pengertian tersebut di atas.
Para ahli psikologi modern dewasa ini, tidak lagi menartikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa (roh). Sebab apa yang dimaksud dengan jiwa atau roh itu, tidak ada seorang pun yang tahu dengan sesungguhnya. Jiwa adalah sangat abstrak dan tidak dapat dilihat dengan pancaindera. Firman Allah di dalam Al Qur’an, yang artinya sebagai berikut :
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang jiwa atau roh, maka katakanlah bahwa jiwa (roh) itu adalah urusan Tuhan dan kamu tidak diberi pengetahuan (tentang jiwa itu) kecuali sedikit saja” (Al Qur’an, Al-Israa,17 : 85).
Ayat tersebut di atas bukan berarti menutup kemungkinan untuk mengkaji tentang “jiwa”, akan tetapi menyatakan bahwa kemungkinan pengkajian jiwa secara menyeluruh kelihatannya sangat tipis.
Karena keterbatasan pengetahuan manusia tentang jiwa (roh) ini, maka timbul berbagai pendapat mengeni definisi atau ta’rif tentang psikologi yang saling berbeda. Para ahli psikologi merumuskan definisinya sendiri berdasarkan pandangan, minat, dan aliran yang dianutnya masing-masing. Di antara para ahli yang mengemukakan definisi psikologi dapat dikemukakan di sini antara lain :
MUSSEN dan ROSENZWIEG (1975 : 5) : Pada masa lampau psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang “mind” (pikiran) atau the study of mind, tapi dalam perkembangannya, kata mind berubah menjadi “behavior” (tingkah laku), sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
CLIFFORD T. MORGAN (1961 : 2); “Psychology is the science of human and animal behavior”. Artinya, Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dan hewan.
Pendapat seperti ini dikemukakan pula oleh MUNN & FERNALD (1964 : 4) dalam bukunya yang berjudul “Introduction to Psychology” sebagai berikut : “Psychology is defined as the science of human behavior, itsinvestigations are not limited to human beings and they sometimes extend beyond observable behavior”.
WOODWORTH & MARQUIS (1957 : 7) : “Psychology is the scientific studies of individual activities relation to the environment”. Artinya, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya.
MOSKOWITZ & ORGEL (1969 : 20) : “Psychology is an empirical science based on objective observation and experimental investigation, its focus is on behavior, its purpose is to provide on understanding of the mechanisms of human activity and adaptation so that man might improve himself”. Artinya, psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan empirik yang berdasarkan atas observasi dan penelitian eksperimental, pokok persoalannya adalah tentang tingkah laku manusia. Tujuannya untuk melengkapi terhadap pengertian mekanisme aktivitas manusia dan penyesuaian dirinya, sehingga memungkinkan manusia untuk memperbaiki dirinya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, ternyata bahwa studi psikologi tidak hanya terbatas kepada manusia, tetapi juga mempelajari tingkah laku hewan. Studi tentang tingkah laku hewan ini tidak akan dibahas dalam tulisan ini. Nampaknya juga, bahwa definisi-definisi di atas, sekalipun berbeda-beda, pada hakekatnya mempunyai beberapa persamaan yang dikonsensuskan ke dalam satu definisi yang dapat diterima oleh semua piahk. Oleh karena itu penulis cenderung untuk merumuskan definisi seperti di bawah ini.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan (science) yang meneliti dan mengkaji tingkah laku atau kegiatan manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Dalam definisi di atas dapat kita lihat beberapa unsur sebagai berikut :
Ilmu pengetahuan (Science), yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah. Psikologi di samping merupakan ilmu, juga merupakan “seni”, karena dalam penerapannya (aplikasinya) dalam berbagai segi kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan kreativitas tersendiri, namun dalam buku ini pembatasan akan lebih ditekankan kepada segi psikologi sebagai ilmu. Tidak membahas psikologi sebagai “seni”.
Tingkah laku atau kegiatan; tingkah laku atau kegiatan ini mempunyai arti yang lebih konkrit dan dapat diamati dengan pancaindera, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui pemahamn terhadap tingkah laku, kita akan dapat mengenal seseorang. Tingkah laku mempunyai pengertian yang lebih luas, yaitu meliputi segala manifestasi hayati, meliputi kegiatan yang paling nampak dan konkrit sampai dengan yang paling tidak kelihatan, dari kegiatan yang paling dirasakan sampai dengan yang paling tidak dirasakan oleh individu yang bersangkutan.
Keseluruhan tingkah laku atau kegiatan individu tersebut di atas dapat dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan motoris (motoric activity).
Kegiatan motoris meliputi kegiatan individu yang dinyatakan dalam gerakan-gerakan atau perbuatan jasmaniah, misalnya: makan, minum, berjalan, mengendarai mobil, berlari, memukul, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan motoris ini pada umumnya dapat dilihat dengan segera karena nampak (terbuka). Kegiatan ini ada yang disadari dan ada yang tidak disadari. Yang disadari karena ada perintah dari pusat susunan urat saraf atau otak, sedang yang tidak disadari tidak ada perintah dari pusat susunan saraf otak. Kegiatan ini merupakan kegiatan refleks.
2. Kegiatan kognitif (cognitive activity).
Kegiatan ini merupakan kegiatan individu yang berhubungan dengan pengenalan, pemahaman, penalaran serta penyadaran tentang dunia luar, tentang lingkungan sekitarnya. Misalnya: mengindera, mengamati, berfikir, menghafal, melihat, belajar memecahkan masalah, dan sebagainya.
3. Kegiatan konatif (conative activity).
Kegiatan konatif adalah kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan motif atau dorongan-dorongan individu untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya : harapan, kehendak, cita-cita, motif, dan sebagainya. Kegiatan konatif ini merupakan kegiatan yang tertutup (inner activity). Oleh karena itu sering kali tidak nampak ke luar.
4. Kegiatan affektif (affective activity).
Kegiatan affektif adalah kegiatan yang memanifestasikan penghayatan sesuatu emosi atau perasaan tertentu. Misalnya : sedih, cinta, marah, benci, gembira, takut, mengagumi, dan sebagainya.
Di dalam kenyataannya, kita sukar membedakan mana kegiatan motoris, kognitif, konatif, atau affektif, karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak pernah berdiri sendiri. Hanya kemungkinan dalam suatu kegiatan tertentu, kegiatan motoris lebih menonjol, dibanding dengan kegiatan lainnya. Psikologi yang dalam penelitiannya lebih mementingkan tingkah laku yang terbuka saja (motoric activity), disebut aliran “Psikologi Introspeksi” .
Dalam perkembangannya obyek material psikologi, makin mengarah kepada manusia, oleh karena manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini. Manusia paling memerlukan psikologi dalam berbagai segi kehidupannya. Misalnya: dalam dunia pendidikan, dunia industri, dan perdagangan, dunia klinis, kriminil, rumah tangga, kantor, dan sebagainya. Hewan sebenarnya masih juga (dan makin berkembang) menjadi objek pengkaji psikologi, tetapi hanya sebagai perbandingan saja atau untuk mencari fungsi-fungsi psikologis yang paling sederhana, yang sudah sukar dipelajari pada manusia, karena struktur psikologis manusia sudah begitu kompleks.
Lingkungan, yaitu tempat di mana manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan dirinya dan mengembangkan dirinya. Individu menerima pengaruh dari lingkungan, memberi respons terhadap lingkungan, mencontoh dan belajar berbagai hal dari lingkungan.
Lingkungan itu, dalam garis besarnya dapat dibedakan: lingkungan dalam (internal environment) dan lingkungan luar (external environment). Lingkungan dalam ialah hal-hal yang pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian masuk ke dalam tubuh dan bersatu dengan sel-sel tubuh melalui makanan, minuman, udara (pernapasan), seperti hormon-hormon, kelenjar-kelenjar tubah, dan sebagainya. Lingkungan dalam itu memberi rangsangan kepada individu, mempengaruhi kegiatannya dan perkembangannya. Lingkungan luar terdiri dari lingkungan alam (physical environment), lingkungan sosial (social environment), dan lingkungan spiritual (spiritual environment).
Yang dimaksud dengan lingkungan alam, ialah segala sesuatu yang berada di luar (di sekitar) individu, misalnya : makanan, minuman, perumahan, tumbuh-tumbuhan, hewan, udara, cuaca, dan sebagainya. Lingkungan sosial, ialah proses dan akibat dari interaksi individu dengan individu lainnya atau individu dengan alam sekitarnya. Termasuk ke dalam lingkungan sosial ini adalah lingkungan kultural (cultural environment), yaiatu segala sesuatu hasil ciptaan manusia sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya. Sedang yang dimaksud dengan lingkungan spiritual ialah berupa antara lain: agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu atau masyarakat.